Selasa, 15 Mei 2007

Sinopsis

BASUKI SANG GUBERNUR
TUGU Monas tegak menjulang tinggi, Sebuah lambang kebanggaan Ibu Kota Republik Indonesia. Dia berdiri di tengah kota. Dari Utara sampai Selatan, dari Barat sampai ke Timur penduduk Indonesia sangat mendambakan untuk bisa datang ke kota ini. Hingga akhirnya urbanisasi membuat Ibu Kota padat sesak.

Basuki seorang pemuda yang datang bersama ibunya ke Ibu Kota ingin mengadu nasib. Dari kota hingga ke Depok. Dari Tangerang hingga Bekasi sudah di jelajahi. Tapi usaha untuk mencari kerja tetap nihil, alias gagal. Hingga satu saat ibunya menegur, sampai kapan Basuki akan berusaha. Apa sampai ibunya wafat.
Basuki trenyuh mendengar keluhan Ibunya. Karena jika ibunya tidak mengikuti keinginan Basuki ke Ibukota, mungkin hidupnya akan lebih baik membuka usaha warung di kampungnya.

Kaki Basuki lelah menyusuri jalan Ibukota, banyak pemandangan yang dilihatnya. Yang susah, yang senang. Hingga keletihan mengganduli kakinya. Dia terduduk di bawah pohon yang rindang. Hingga dia terlelap tidur mendengkur. Tiba-tiba alam mimpi menghiasi tidurnya.
Basuki duduk disebuah kursi ruang sidang sedang memimpin sebuah rapat.

Ternyata Basuki telah menjadi seorang Gubernur. Dia sangat disegani. Sebuah kasus sedang dihadapinya yaitu masalah pemberantasan pedagang kaki lima. Banyak yang pro dan banyak juga yang kontra terhadap keputusan Gubernur Basuki.
Demontrasi meledak. Seluruh staf gubernur agak kewalahan menghadapi situasi seperti ini.

Para demontran menuntut agar Gubernur Basuki menepati janji yang telah diikrarkan ketika Basuki mengikuti Pemilihan calon Gubernur. Basuki telah menjanjikan akan memperhatikan penghidupan masyarakat kelas bawah. Gubernur akan memberi kesempatan mereka berusaha. Lalu dengan bijak Basuki dapat menanggulanginya dan memberinya jalan keluar.


Della istrinya dan anak-anaknya, Wulan, Bintang, sangat bangga terhadap kesuksesan Basuki. Kesuksesannya memimpin dicontohkan dari lingkungan rumah tangganya. Semua peraturan dirumah dibawa ketempat dia bekerja sebagai Gubernur. Bahwa kita harus bertanggungjawab kepada semuanya. Atasan dan bawahann itu hanya predikat saja. Jika atasan membawa arus kerja yang sembarangan maka anak buah akan mengikutinya. Sedang jika seorang Gubernur memberi contoh yang baik, maka semuanya akan berjalan dengan baik pula. Jadi seorang Gubernur harus dapat membagi tempat kepada rekan-rekannya. Tidak ada rasa untuk membeda-bedakannya.


Sebaik-baik seorang kadang ada saja cobaan yang dihadapinya. Hendra anak laki-laki Basuki satu saat membuat ulah di sekolahnya hingga menyangkut nama baik ayahnya. Sehingga Basuki yang sangat bertanggungjawab terhadap perkembangan anaknya datang ke sekolah anaknya itu. Dia minta maaf kepada Kepala Sekolah. Bahwa kalau yang salah itu harus mau menerima kesalahannya dan berjanji akan memperbaikinya.
Ibu Della kadang repot menghadapi tamu yang tiada hentinya bertemu dengan Basuki. Ada yang dengan cara wajar atau menurut prosedur. Ada yang jalan pintas. Dengan berusaha memberi upeti seperti jaman dahulu.

Dalam menghadapi musibah banjir, Pak Basuki sang Gubernur tidak segan-segan untuk turun tangan menanggulanginya. Dia mau membagi bagikan sembako kepada para korban banjir. Apalagi ketika sebuah kampung mengalami kebakaran. Dia langsung aktif dan melihat ke lokasi untuk memberi petunjuk ke bawahannya.
Ini semua dilakukan bukan ingin dikerjakan sendiri. Tapi untuk memberi contoh bahwa sebagai aparat pemerintah harus cepat tanggap pada segala permasalahan yang terjadi. Sehingga kepercayaan yang telah diberikan dapat terlaksana dengan baik.

Seekor burung membuang kotoran dan mengenai wajah Basuki yang terlelap tiut jadi terbangun. Dia sadar bahwa itu semua hanya mimpi. Dia teringat permintaan ibunya, yaiitu harus mencari kerja.
Monas tetap menjulang, masyarakat Ibu Kota tetap berjuang untuk mengisi kehidupannya.

Karya : ACHIEL N NASRUN

TOKOH UTAMA


Sebagai Basuki………………… BASUKI "SRIMULAT"
Ibu Basuki………………………. LELA ANGGRAINI
Istri Basuki ....... ………... RENITA SUKARDI

Tidak ada komentar: