Selasa, 15 Mei 2007

Pemeran Utama

Lela Anggraini belajar jadi ibunya gubernur

Hidup dimulai dari 40. Itulah yang terjadi pada Lela Anggraini, mantan bintang panas di era 90-an, yang kini masih eksis hingga kini. Hari-hari ini, dia banyak tampil di FTV, dan kini siap-siap jadi ibu dari seorang gubernur, dalam komedi parodi: Basuki Sang Gubernur, produksi GMC Entertainment karya sutradara senior Achiel N Nasrun.


“Saya bertahan karena saya menghargai rekan kerja, partner. Saya menghargai produser, sutradara, juga teman-teman kru yang bekerja secara fisik. Tanpa mereka, kita nggak jadi artis, “ katanya.


Bangkitnya film nasional dan tema horor, hari-hari ini, tak serta merta mengembalikan artis berdarah Palembang yang banyak membintangi film mistik di tahun 1990-an ini ke lokasi suting film layar lebar. “Sekarang horornya remaja, dan benar-benar mengandalkan horor. Nggak kayak zaman saya dulu, horornya campur drama erotis, “ kata salahsatu simbol seks di tahun 1990-an ini.


Artis yang merahasikan tahun kelahirannya ini memulai debutnya di dunia modelling. Hijrah ke Jakarta, 1987 bergabung dengan Budiyanto yang saat itu dikenal sebagai koordinator model untuk kalender. Sempat memenangkan gelar Model Fotogenik dan meraih piala Rahadian Yamin, sejak itu wajahnya dikenal lewat kalender dan majalah dalam pose-pose yang “panas”.
“Itu bagian dari kerja, dan peran ke saya diberikan begitu. Muka saya dianggap ngeseks ‘kali. Kalau hari-hari sih biasa aja, “ kata artis berpostur tinggi 173/58 kg Cm, yang selain aktif di sinetron juga sibuk usaha travel ini, sembari ketawa.

Seiring dengan bertambahnya umur, apalagi putri tunggalnya kini tumbuh sebagai remaja, Lela berganti peran. “Di sinetron, sekarang jadi mak-mak. Masih bersyukur juga, sih, dapat peran, “ katanya.
Di sinetron komedi, Bekasi Sang Gubernur, Lela mendapat peran sebagai ibunya Basuki, pengangguran miskin yang tiba-tiba jadi pejabat tinggi. “Saya jadi ibu yang arif bijaksana, dari keluarga susah yang tiba-tiba anaknya jadi pejabat, “ katanya. “Menarik, sih. Habis selama ini jadi tante-tante genit, atau orang jahat, “ tambahnya.

Tentang kehidupan pribadinya, Lela sedang enjoy sendiri. Pernikahannya yang gagal dengan seorang wartawan, meninggalkan trauma padanya, dan belum memberikan kesempatan pada dirinya untuk mencari pria pengganti. “Sekarang laki-laki makin tertutup justru ketika kita mencoba terbuka, “ katanya. Apa karena dia dikenal sebagai buka-bukaan? “Sialan! Maksudnya, membuka hati lah.

Laki-laki sekarang suka menyembunyikan identitas, menyembunyikan ini-itu, baru kebongkar setelah kita jadian. Kan gawat, “ katanya, menjelaskan.
Lama hidup sendiri, apa tak rindu belaian kasih sayang laki-laki? “Ya saya normal. Ada juga. Cuman, kan dengan pengalaman kemarin nggak gampang dilupakan. Semuanya butuh proses. Sejauh ini enakkan menjomblo, “ tandasnya.

Bagaimana seksnya ? “Nggak tahu ya. Kayaknya udah lama. Udah lupa, “ selorohnya. “Ya ada lah caranya. Lagian, ‘kan banyak olahraga, sibuk, capek. Nggak kepikiran lagi.

Kecuali kalau ada yang benar-benar seperti yang saya inginkan, “ katanya.
Yang kayak gimana ? “Akh, mau tahu aja!” potongnya, cepat. (Dimas)

Tidak ada komentar: