Rabu, 23 Mei 2007

Herni Sumairta Best of The Best JAM 2 Remaja

IKUTI JEJAK SUKSES CHELSEA OLIVIA

SUKSES Chelsea Olivia, sebagai bintang sinetron remaja, yang namanya sedang berkibar hari-hari ini, ikut mengobarkan semangat Herni, sesama remaja dari propinsi Lampung untuk berkarir di dunia entertainment di ibukota.

Chelsea dari Bandarlampung, saya dari Metro, “ kata Herni Sumairta. Setelah tampil di ajang JAM 2 – Jawara Acting & Model Indonesia ini, dan meraih gelar Best of The Best serta juara I acting kategori Remaja, Herni lebih percaya diri dan meyakini bahwa artis-artis daerah, khususnya dari Lampung, bisa meraih sukses berjaya di ibukota.

“Kalau harus pindah dan menetap di Jakarta pun saya siap, “ tambah bontot dari 3 bersaudara keluarga perwira Polri ini. Di sinetron Si Eneng dan Sepatu Boot, arahan sutradara Achiel N Nasrun yang akan jadi debut perdananya, Herni berperan sebagai Tati, temannya si Eneng.

Herni berjaya di JAM 2 - GMC tingkat nasional setelah sebelumnya menjadi Best of The Best di GMC tingkat Lampung. Sebelumnya, tahun 2005 lalu, dia menjadi juara 2 Model Busana Muslim antar sekolah se-Metro Lampung, dan Best Performance di ajang pemilihan model Lampung 2002, serta menjadi Maskot Putra-putri Model Indonesia tingkat Nasional 2002.

Di luar karir model, Herni giat belajar. Dia baru saja menjadi Juara III di sekolahnya, SMP Negeri III Metro. “Dari kecil Herni selalu 3 besar, “ tegasnya. Siapa bilang model dan artis identik dengan cewek cantik yang bodoh?

“Pada dasarnya Herni suka hal-hal yang menantang. Ikuti pemilihan ini termasuk yang menantang, “ tambah penggemar sinetron komedi dan film-film horror ini.

Zahra Isnadia, Best of The Best JAM 2 Anak

PENGGEMAR KARTUN YANG PANDAI BERAKTING

LAHIR 8 Agustus 1999, Zahra bangga bisa meraih Best of The Best di Pemilijan Jawara Akting & Model (JAM) Indonesia part 2, untuk kategori Anak. Sebab, dia juga Juara I Akting anak-anak. Prestasi terbaru ini menambah jajaran piala yang terpajang di rumahnya, di mana sebelumnya Zahra pernah menyabet Juara Favorite 2, dalam Pemilihan Busana Merah Putih dan Top Guest Model di Kabupaten Curup, Bukittinggi.

Zahra, 7, merupakan bontot dari 2 bersaudara putri kebanggaan pasangan Zaman Huri dan Ny. Mira Asmariah. Dia masih duduk di klas 2 SD, tapi sudah berlenggak-lenggok di panggung pemilihan model cilik di kampung halamannya, sejak masih di TK. “Zahra sukanya nonton kartun, “ katanya polos, ketika ditanya kegemarannya di rumah, selain bergaya di atas panggung dan di depan kamera.

Ayahnya, yang bekerja di BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di Bengkulu, mendukung aktifitas, hobby, dan karir putri bungsunya ini. “Kalau ada kesempatan berkarir di ibukota, ya, kami juga siap hijrah ke Jakarta, “ kata Ny. Mira Amriah, ibunya yang mendampingi obrolan.

“Kalau mau serius berkarir di artis dan ingin ngetop secara nasional, ya memang tidak bisa berharap banyak kalau terus menetap di Bengkulu, “ papar Ny. Mira. “Meski banyak agen model di Bengkulu, kebanyakan tidak punya jaringan dengan Jakarta, jadinya susah maju. Malah banyak yang nakal dan menipu, “ tambahnya.

“Kami banyak menyertakan Zahra ke berbagai pemilihan dan kontes model. Tapi baru dengan GMC, dia bisa tersalur dengan benar, “ kata Ny. Mira lagi.***

Senin, 21 Mei 2007

Grand Final JAM 2 di Cibinong

Sutrisno Boeyil, Direktur GMC dan Ismia Sartika Sudjani

MEGAH, MERIAH, DAN LANGSUNG SUTING!

PUNCAK acara Pemilihan Jawara Akting & Model Indonesia (JAM) Part 2 berlangsung meriah di Hotel Orri, Citeureup – Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Minggu malam, 19 Mei 2007 ini. Sebanyak 81 peserta terbaik dari Bengkulu, Lampung, Jakarta, Bandung, Jogyakarta, Kudus, Surabaya dan Bali berdatangan dan bersaing di panggung pemilihan, untuk memperoleh gelar terbaik.

Hasilnya, Imia Sartika Sudjani (23) dari Bandung terpilih sebagai Best of The Best kategori Dewasa, Herni Sumairta (12) dari Lampung, terpilih sebagai Best of The Best kategori Remaja dan Zahra Isnandia (6) dari Bengkulu, terpilih sebagai Best of The Best kategori anak-anak.

Acara malam grand final di Cibinong yang berlangsung megah dan meriah dihadiri sejumlah selebritis terkemuka ibukota, memeriahkan, selain sebagai juri dan tamu, seperti Indro Warkop dan Erna Santoso (juri), Intan Fairuz serta Lela Anggraini, tamu undangan yang juga akan main di 2 judul sinetron yang sedang diproduksi PT GMC Film. Nampak pula aktor tambun Novi Chandra, yang banyak main di sinetron produksi MD Production.

Pemilihan JAM Part 2 , seperti produksi GMC sebelumnya juga diawali dengan pelatihan acting oleh aktor Otis Pamutih, dan Dialog Interaktif dengan produser dan sutradara terkemuka ibukota, yang kali ini dihadiri oleh Indra Yudhistira, Direktur Produksi RCTI, Drs. H. Maman Suherman, produser PT. Avicom, yang banyak memproduksi sinetron dan iklan, di antaranya Pink (Agnes Monica) dan iklan dari PT Pertamina ( edisi “kita untung, bangsa untung”), Aca Hasanuddin, sutradara Gembel naik Kelas, dan Duyung Kembar .

Pelatihan acting dimaksudkan agar para model dan calon bintang memahami perintah sutradara dan tuntutan acting dasar, sedangkan dialog interaktif memberikan bekal dan wawasan peserta tentang dunia artis di ibukota masa kini.

Soetrisno Boeyil, Direktur Utama PT. Graha Media Cinema (GMC) selaku penyelenggara acara ini menyatakan, penyelenggaraan pemilihan kali ini lebih maju dibanding acara sebelumnya, karena dilanjutkan dengan suting 2 produksi sekaligus. "Kami yakinkan, potensi yang ada pada putra-putri bapak ibu kami salurkan sesuai dengan jalurnya. Bahwa nantinya berhasil atau gagal, terpulang kepada kemampuan dan ketekunan masing-masing, " tegasnya.

Seusai malam final, keesokannya para peserta langsung suting 2 sinetron, yakni Basuki sang Gubernur, dan Si Eneng dan Sepatu Boot. Pengambilan gambar (shooting) dua judul sinetron sekaligus memanfaatkan keberadaan para peserta JAM 2 selama di Jakarta. Lokasi suting juga mengambil sudut-sudut di halaman Hotel Orri yang sesuai dengan cerita.

"Karena persiapan suting ini sudah jauh-jauh hari, maka adegan-adegan yang sesuai dengan lokasi ini, sudah bisa dirancang, dan cepat penggarapannya, " kata Achiel N. Nasrun, sang sutradara.

Profil Kareografer

I'ING SAYUTI,
KELILING INDONESIA DARI MENARI


DELAPAN tahun menjadi penari latar dan berkiprah di berbagai panggung, video klip, dan televisi, membuat Iing Sayuti matang di dunia kareografi. Kini dia menjadi kareografer professional yang melatih para pendatang baru, selain bergabung dengan sesama professional di panggung,selain menggarap malam penobatan Jawara Akting & Model Indonesia Part 2 bersama GMC Production di Hotel Orri, Cibinong, Bogor, 17-19 Mei 2007 ini.

Di Cirebon, tanah kelahirannya, nama Iing Sayuti tak asing lagi. Darah seninya mengalir dari neneknya, Dewi Sawitri, maestro tari topeng dari Losari. Bakat tarinya mencuat dan melesat saat bergabung dengan Achan Rachman, kareografer yang bisa tampil untuk acara-acara di TVRI, selain di klip-klip penyanyi popular seperti Elvie Sukaesih, Evie Tamala, Erie Susan, Arie Wibowo, dll.

I’ing, yang kini salahsatu anggota Dewan Kesenian Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sejak kecil memang ingin jadi seniman tari. “Dunia tari juga menjanjikan kehidupan yang lumayan, asal ditekuni serius. Buktinya saya bisa keliling Indonesia dari nari, “ paparnya bangga.
Kareografi di acara pemilihan model yang diselenggarakan oleh GMC dengan Thresno Boeyil, sebagai partnernya, telah menjadi langganannya, sejak beberapa tahun terakhir. “Kami sudah lama kerja sama, dan hapal maunya Mas Thress. Termasuk kalau dia lagi marah-marah, “ tambahnya, dengan tawa.

I’ing sendiri gampang naik darah kalau anak asuhannya yang tak disiplin. “Kareografi itu kerja tim, kalau ada yang nggak disiplin, sangat mengganggu yang lain, “ tegasnya. Lebih dari itu, dia ingin yang merasakan latihannya, merasakan manfaat latihannya, kelak.

Rabu, 16 Mei 2007

Sutradara

ACHIEL N. NASRUN
TERJUN ke film sejak 1971, sebagai assisten arts director, Achiel N. Nasrun tak pernah berhenti membuat film, dan berkarya di dean kamera, hingga sekarang. Terakhir awal 2007 ini, dia merilis film horror Leak, bersama PT. Ganesha Perkasa Films, dan mendapat sambutan penonton, sehingga produser menyiapkan untuk roduksi film berikutnya.

Sineas kelahiran 1950 ini terjun ke film dengan meniti karir dari asisten sutradara nama-nama besar seperti Teguh Karya (Perkawinan Dalam Semusim, Badai Pasti Belalu, dan November 1928), Drs. Syumanjaya (Pinangan, Si Doel Anak Modern, dan Laela Majenun), Slamet Rahardjo (Rembulan dan Matahari dan Kodrat) yang keseluruhannya menjadi fenomena pada zamannya. Sineas yang biasa tampil ramah dan santun ini sepenuhnya menjadi sutradara sejak 1986, dengan debut Lupus produksi PT. Elang Perkasa Film, yang mengorbitkan almarhum Ryan Hidayat.

Larisnya di bioskop, membuat film Lupus digarap Achiel N Nasrun ini bersambung hingga seri 4. Selain itu, tangan dingin Achiel juga mampu melahirkan bintang-bintang muda yang sukses dan bertahan hingga sekarang.

Lewat Makhluk Manis dalam Bis, Achiel N. Nasrun mengorbitkan Karina Suwandi. Hingga begitulah, setiap sinetron lahir bintang baru, seperti Ricky, Nakalnya Anak Muda (Nike Ardilla), Elegi Buat Nana dan Olga Sepatu Roda (Desy Ratnasari), Lupus 1 (Cornelia Agatha) dll. Sebanyak 11 judul diproduksi olehnya, dalam kapasitas sebagai sutradara film layar lebar, hingga tetap menunjukkan taji kesaktiannya di produksi terakhir, Leak, di tahun 2007, di tengah era sineas muda yang mendominasi pasaran.

Ketika sinetron merebak, saat film layar lebar surut penontonnya di tahun 1990-an, Achiel N. Nasrun tak berdiam diri. Kini ratusan episode, dari puluhan judul digarapnya, dengan berbagai rumah produksi.

Secara keseluruhan, menunjukkan sosok Achiel N. Nasrun sebagai sineas dengan “jam terbang tinggi”, dan memiliki kemampuan adaptasi terhadap selera penonton yang terus berubah dari zaman ke zaman.

Selasa, 15 Mei 2007

Pemeran Utama

Lela Anggraini belajar jadi ibunya gubernur

Hidup dimulai dari 40. Itulah yang terjadi pada Lela Anggraini, mantan bintang panas di era 90-an, yang kini masih eksis hingga kini. Hari-hari ini, dia banyak tampil di FTV, dan kini siap-siap jadi ibu dari seorang gubernur, dalam komedi parodi: Basuki Sang Gubernur, produksi GMC Entertainment karya sutradara senior Achiel N Nasrun.


“Saya bertahan karena saya menghargai rekan kerja, partner. Saya menghargai produser, sutradara, juga teman-teman kru yang bekerja secara fisik. Tanpa mereka, kita nggak jadi artis, “ katanya.


Bangkitnya film nasional dan tema horor, hari-hari ini, tak serta merta mengembalikan artis berdarah Palembang yang banyak membintangi film mistik di tahun 1990-an ini ke lokasi suting film layar lebar. “Sekarang horornya remaja, dan benar-benar mengandalkan horor. Nggak kayak zaman saya dulu, horornya campur drama erotis, “ kata salahsatu simbol seks di tahun 1990-an ini.


Artis yang merahasikan tahun kelahirannya ini memulai debutnya di dunia modelling. Hijrah ke Jakarta, 1987 bergabung dengan Budiyanto yang saat itu dikenal sebagai koordinator model untuk kalender. Sempat memenangkan gelar Model Fotogenik dan meraih piala Rahadian Yamin, sejak itu wajahnya dikenal lewat kalender dan majalah dalam pose-pose yang “panas”.
“Itu bagian dari kerja, dan peran ke saya diberikan begitu. Muka saya dianggap ngeseks ‘kali. Kalau hari-hari sih biasa aja, “ kata artis berpostur tinggi 173/58 kg Cm, yang selain aktif di sinetron juga sibuk usaha travel ini, sembari ketawa.

Seiring dengan bertambahnya umur, apalagi putri tunggalnya kini tumbuh sebagai remaja, Lela berganti peran. “Di sinetron, sekarang jadi mak-mak. Masih bersyukur juga, sih, dapat peran, “ katanya.
Di sinetron komedi, Bekasi Sang Gubernur, Lela mendapat peran sebagai ibunya Basuki, pengangguran miskin yang tiba-tiba jadi pejabat tinggi. “Saya jadi ibu yang arif bijaksana, dari keluarga susah yang tiba-tiba anaknya jadi pejabat, “ katanya. “Menarik, sih. Habis selama ini jadi tante-tante genit, atau orang jahat, “ tambahnya.

Tentang kehidupan pribadinya, Lela sedang enjoy sendiri. Pernikahannya yang gagal dengan seorang wartawan, meninggalkan trauma padanya, dan belum memberikan kesempatan pada dirinya untuk mencari pria pengganti. “Sekarang laki-laki makin tertutup justru ketika kita mencoba terbuka, “ katanya. Apa karena dia dikenal sebagai buka-bukaan? “Sialan! Maksudnya, membuka hati lah.

Laki-laki sekarang suka menyembunyikan identitas, menyembunyikan ini-itu, baru kebongkar setelah kita jadian. Kan gawat, “ katanya, menjelaskan.
Lama hidup sendiri, apa tak rindu belaian kasih sayang laki-laki? “Ya saya normal. Ada juga. Cuman, kan dengan pengalaman kemarin nggak gampang dilupakan. Semuanya butuh proses. Sejauh ini enakkan menjomblo, “ tandasnya.

Bagaimana seksnya ? “Nggak tahu ya. Kayaknya udah lama. Udah lupa, “ selorohnya. “Ya ada lah caranya. Lagian, ‘kan banyak olahraga, sibuk, capek. Nggak kepikiran lagi.

Kecuali kalau ada yang benar-benar seperti yang saya inginkan, “ katanya.
Yang kayak gimana ? “Akh, mau tahu aja!” potongnya, cepat. (Dimas)

Sinopsis

BASUKI SANG GUBERNUR
TUGU Monas tegak menjulang tinggi, Sebuah lambang kebanggaan Ibu Kota Republik Indonesia. Dia berdiri di tengah kota. Dari Utara sampai Selatan, dari Barat sampai ke Timur penduduk Indonesia sangat mendambakan untuk bisa datang ke kota ini. Hingga akhirnya urbanisasi membuat Ibu Kota padat sesak.

Basuki seorang pemuda yang datang bersama ibunya ke Ibu Kota ingin mengadu nasib. Dari kota hingga ke Depok. Dari Tangerang hingga Bekasi sudah di jelajahi. Tapi usaha untuk mencari kerja tetap nihil, alias gagal. Hingga satu saat ibunya menegur, sampai kapan Basuki akan berusaha. Apa sampai ibunya wafat.
Basuki trenyuh mendengar keluhan Ibunya. Karena jika ibunya tidak mengikuti keinginan Basuki ke Ibukota, mungkin hidupnya akan lebih baik membuka usaha warung di kampungnya.

Kaki Basuki lelah menyusuri jalan Ibukota, banyak pemandangan yang dilihatnya. Yang susah, yang senang. Hingga keletihan mengganduli kakinya. Dia terduduk di bawah pohon yang rindang. Hingga dia terlelap tidur mendengkur. Tiba-tiba alam mimpi menghiasi tidurnya.
Basuki duduk disebuah kursi ruang sidang sedang memimpin sebuah rapat.

Ternyata Basuki telah menjadi seorang Gubernur. Dia sangat disegani. Sebuah kasus sedang dihadapinya yaitu masalah pemberantasan pedagang kaki lima. Banyak yang pro dan banyak juga yang kontra terhadap keputusan Gubernur Basuki.
Demontrasi meledak. Seluruh staf gubernur agak kewalahan menghadapi situasi seperti ini.

Para demontran menuntut agar Gubernur Basuki menepati janji yang telah diikrarkan ketika Basuki mengikuti Pemilihan calon Gubernur. Basuki telah menjanjikan akan memperhatikan penghidupan masyarakat kelas bawah. Gubernur akan memberi kesempatan mereka berusaha. Lalu dengan bijak Basuki dapat menanggulanginya dan memberinya jalan keluar.


Della istrinya dan anak-anaknya, Wulan, Bintang, sangat bangga terhadap kesuksesan Basuki. Kesuksesannya memimpin dicontohkan dari lingkungan rumah tangganya. Semua peraturan dirumah dibawa ketempat dia bekerja sebagai Gubernur. Bahwa kita harus bertanggungjawab kepada semuanya. Atasan dan bawahann itu hanya predikat saja. Jika atasan membawa arus kerja yang sembarangan maka anak buah akan mengikutinya. Sedang jika seorang Gubernur memberi contoh yang baik, maka semuanya akan berjalan dengan baik pula. Jadi seorang Gubernur harus dapat membagi tempat kepada rekan-rekannya. Tidak ada rasa untuk membeda-bedakannya.


Sebaik-baik seorang kadang ada saja cobaan yang dihadapinya. Hendra anak laki-laki Basuki satu saat membuat ulah di sekolahnya hingga menyangkut nama baik ayahnya. Sehingga Basuki yang sangat bertanggungjawab terhadap perkembangan anaknya datang ke sekolah anaknya itu. Dia minta maaf kepada Kepala Sekolah. Bahwa kalau yang salah itu harus mau menerima kesalahannya dan berjanji akan memperbaikinya.
Ibu Della kadang repot menghadapi tamu yang tiada hentinya bertemu dengan Basuki. Ada yang dengan cara wajar atau menurut prosedur. Ada yang jalan pintas. Dengan berusaha memberi upeti seperti jaman dahulu.

Dalam menghadapi musibah banjir, Pak Basuki sang Gubernur tidak segan-segan untuk turun tangan menanggulanginya. Dia mau membagi bagikan sembako kepada para korban banjir. Apalagi ketika sebuah kampung mengalami kebakaran. Dia langsung aktif dan melihat ke lokasi untuk memberi petunjuk ke bawahannya.
Ini semua dilakukan bukan ingin dikerjakan sendiri. Tapi untuk memberi contoh bahwa sebagai aparat pemerintah harus cepat tanggap pada segala permasalahan yang terjadi. Sehingga kepercayaan yang telah diberikan dapat terlaksana dengan baik.

Seekor burung membuang kotoran dan mengenai wajah Basuki yang terlelap tiut jadi terbangun. Dia sadar bahwa itu semua hanya mimpi. Dia teringat permintaan ibunya, yaiitu harus mencari kerja.
Monas tetap menjulang, masyarakat Ibu Kota tetap berjuang untuk mengisi kehidupannya.

Karya : ACHIEL N NASRUN

TOKOH UTAMA


Sebagai Basuki………………… BASUKI "SRIMULAT"
Ibu Basuki………………………. LELA ANGGRAINI
Istri Basuki ....... ………... RENITA SUKARDI